Jumat, 12 Juni 2015

Perjalanan ke West Europe Part 1



Hari 1 :
Berangkat dari Surabaya - Jakarta - Doha - Roma
Di pesawat Qatar Jakarta - Roma, kegiatanku makan, tidur, makan, tidur lagi, sekali-kali ke toilet,
dan nonton film lucu-lucu.

Hari 2 : Roma City Tour
Pagi hari tiba di Leonardo Da Vinci Airport, Roma.
Tiba  Roma  kami ke toilet, ganti kaos, cuci muka dan ambil bagasi.
Bus untuk city tour sudah menunggu di depan bandara, kami segera naik bus untuk menuju Colloseum.


Colloseum, stadion gladiator.
Paket tour tidak termasuk tiket masuk colloseum. Jika kita ingin masuk colloseum dapat membeli tiket masuk seharga 10 euro/ person.
Kami tidak  masuk colloseum, hanya foto-foto di luar colloseum. Di seputar colloseum banyak lubang – lubang jendela besar, kita bisa mengintip isi colloseum dengan leluasa tanpa  beli tiket.
Banyak  orang lalu lalang dengan berpakaian ala gladiator.  Ternyata mereka foto model ala gladiator.
Kalo mau foto bareng  harus bayar, kita  tidak boleh main jeprat jepret aja, harus "deal" dulu  berapa kita harus bayar , kalo tidak mereka akan ribut dan urusannya panjang.
Bentuk colloseum  persis sama dengan yang ada di Wisata Bukit Mas dekat rumahku, tetapi ukurannya jauh lebih besar. Dahulu di sini tempat para gladiator bertarung dengan banteng , mempertaruhkan nyawa  untuk tontonan  dan ajang pertaruhan para petinggi dan orang kaya di Romawi. Begitu banyak nyawa gladiator dan darah mereka tumpah di dalam colloseum ini.
Aku mencoba mengintip tempat pertarungan tsb dan mengarahkan kamera ke dalam untuk memotret, tiba-tiba angin bertiup, aku merinding, bulu kudukku berdiri, akhirnya aku mengurungkan niat untuk motret tempat tsb. Aku tidak tega, dan berdoa : “Semoga arwah para gladiator dapat beristirahat dengan damai”.

Aku mencari model gladiator yang mirip Rusell Crowe bintang film” Gladiator”, sayang sekali aku tidak menemukan. Akhirnya aku batal foto dengan model gladiator, merasa rugi jika membayar tapi modelnya kurang ganteng he..he..he.


St Peter Basilica
Tiba di sana Paus sedang audisi, turis  belum diijinkan masuk gereja.
Kami keliling di seputar pelataran gereja, kemudian melanjutkan city tour  dan makan siang.
Di resto  tempat  makan siang, kita bertemu rombongan dari Indonesia, ternyata mereka rombongan Freddy, tour leaderku  saat dulu aku ke Hollyland
Rombongan mereka juga akan ke St Peter, sambil menunggu Paus selesai audisi mereka makan siang dulu.
Selesai makan siang, kami keliling kota Roma kemudian kembali menuju gereja St. Peter Basilica.

Akhirnya kami tiba kembali di gereja St. Peter . Sudah banyak pengunjung antri ditempat scanning, sebelum masuk area gereja kita melewati pemeriksaan scanning seperti yang ada di bandara. Kemudian tour leader membagikan headphone ke setiap peserta tour . Local guide menjelaskan sejarah gereja dan peta lokasi  yang didengarkan peserta lewat headphone , tidak  perlu dengan suara keras sehingga suasana hening tetap terjaga.
Gereja di Vatican ini benar-benar indah dan “amazing”. Dekorasi atap, dinding dan patung – patungnya begitu indah dan agung. Sebuah mahakarya yang dibuat manusia dengan jiwa totalitas yang luar biasa.
Di dekat gereja ada penjual  souvenir barang rohani, rosario , patung-patung mini dll , harganya cukup “reasonable” tidak terlalu mahal.
Setelah keluar dari gereja, kami berlima sibuk memilih souvenir dan foto - foto, kemudian kita baru sadar sudah terpisah  dari rombongan tour. Kami berbagi tugas mencari arah perginya rombongan kami, tengok kiri dan kanan tidak ada tanda-tanda arah kepergian rombongan tour. Kemudian kami menunggu di tempat meeting point sebelumnya dan segera menghubungi tour leader .


Trevi Fountain
Aku hampir setiap hari aku melewati miniatur  tiruan Trevi Fountain ada di depan colloseum club house di Wisata Bukit Mas Surabaya.
Trevi Fountain asli jauh lebih besar, lebih bagus, patung patungnya indah , sebuah karya nyata orang-orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi.
Di dasar kolam Trevi Fountain bertebaran uang-uang koin.
Menurut  mitos, apabila  kita melempar coin ke dalam kolam, suatu saat nanti akan kembali berkunjung ke Roma.
Saat itu musim panas, waktunya orang berlibur, pengunjung berkerumun menutupi  Trevi fountain. Aku berusaha mendekati  Trevi Fountain, mencari cela di antara orang-orang agar dapat mengambil foto Trevi fountain.
Selesai mengambil foto , aku menepi , clingak clinguk , tengok kiri kanan untuk mencari rombonganku. Tak nampak satu orang pun yang aku kenal.
Di sekelilingku orang bule yang hampir semuanya berbadan besar, membuat pandanganku terhalang ke depan.
Wow ...aku terpisah dari rombongan !
Aku berusaha menepi dari keramaian dan berpikir kira-kira kemana rombonganku pergi.
Oya..... tadi tour leader mengatakan di Trevi fountain ice creamnya enak. Pasti mereka ke sana.
Aku menyusuri toko mencari toko ice cream, dugaanku pasti mereka akan mampir di salah satu toko ice cream.
Dari jauh , aku meliat  tour leader lokal sedang celingukan mencari-cari seseorang, pasti dia cari aku. 
Ternyata benar, rombongan tour sedang antri ice cream, sedangkan tour leader berusaha mencari aku.
Ice cream di Trevi fountain memang enak tenan !. Pastikan mencicipi  ice cream jika sedang berkunjung di sana . Rasanya mantap yummy…!!

Dari Trevi fountain kita melanjutkan city tour ke Piazza Venezia, monument Victor Emmanuel II, Roman Forum,dan tempat-tempat bersejarah lainya. Ada banyak cerita tentang tempat-tempat bersejarah di kota Roma.
Mendengar penjelasan tour leader kita merasa berada di sebuah kota dongeng dan legenda.

Hari 3 : Menara Pisa -  Prato

Pagi-pagi  benar, kita berangkat menuju menara Pisa. Perjalanan dari Roma ke Pisa lumayan jauh.
Setiap 2,5 jam, bus berhenti memberi waktu  istirahat sopir.
Peraturan mewajibkan sopir berhenti untuk istirahat , jika tidak mematuhi sopir atau perusahan bus akan kena  sanksi.
Selama sopir istirahat, kita dapat mampir ke toilet, beli snack atau mimunan.
Sebelum masuk toilet mesti  bayar, lumayan mahal jika di kurskan ke rupiah.
Menara Pisa

Menara Pisa dapat dikatakan sebuah produk gagal yang akhirnya menjadi legenda.
Menara Pisa  bukan  sengaja dibuat miring.
Dalam masa pembangunan baru diketahui, ternyata hasilnya miring, tidak sesuai rencana . Pembangunan sempat terhenti karena khawatir berbahaya dan menara akan roboh.
Dengan berbagai pertimbangan masih aman, pembangunan  dilanjutkan kembali, jadilah menara Pisa yang miring dan legendaris.
Cuaca saat itu panas sekali, namun pengunjung seolah tidak perduli dg panasnya matahari. Semua sibuk berfoto dengan gaya seolah-olah sedang mendorong menara Pisa agar tidak jatuh.
Semua bangunan bernuansa putih, memberi kesan antik dan anggun berdiri dengan latar belakang langit biru.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar