Hari 1 :
Berangkat dari Surabaya - Jakarta - Doha - Roma
Di pesawat Qatar Jakarta - Roma, kegiatanku makan,
tidur, makan, tidur lagi, sekali-kali ke toilet,
dan nonton film lucu-lucu.
Hari 2 : Roma City Tour
Pagi hari tiba di Leonardo Da Vinci Airport, Roma.
Tiba
Roma kami ke toilet, ganti kaos,
cuci muka dan ambil bagasi.
Bus untuk city tour sudah menunggu di depan bandara,
kami segera naik bus untuk menuju Colloseum.
Colloseum, stadion gladiator.
Paket tour tidak termasuk tiket masuk colloseum.
Jika kita ingin masuk colloseum dapat membeli tiket masuk seharga 10 euro/
person.
Kami tidak masuk colloseum, hanya foto-foto di luar
colloseum. Di seputar colloseum banyak lubang – lubang jendela besar, kita bisa
mengintip isi colloseum dengan leluasa tanpa beli tiket.
Banyak orang
lalu lalang dengan berpakaian ala gladiator. Ternyata mereka foto model ala gladiator.
Kalo mau foto bareng harus bayar, kita tidak boleh main jeprat jepret aja, harus
"deal" dulu berapa kita harus bayar
, kalo tidak mereka akan ribut dan urusannya panjang.
Bentuk colloseum
persis sama dengan yang ada di Wisata Bukit Mas dekat rumahku, tetapi
ukurannya jauh lebih besar. Dahulu di sini tempat para gladiator bertarung
dengan banteng , mempertaruhkan nyawa
untuk tontonan dan ajang
pertaruhan para petinggi dan orang kaya di Romawi. Begitu banyak nyawa
gladiator dan darah mereka tumpah di dalam colloseum ini.
Aku mencoba mengintip tempat pertarungan tsb dan
mengarahkan kamera ke dalam untuk memotret, tiba-tiba angin bertiup, aku
merinding, bulu kudukku berdiri, akhirnya aku mengurungkan niat untuk motret
tempat tsb. Aku tidak tega, dan berdoa : “Semoga arwah para gladiator dapat
beristirahat dengan damai”.
Aku mencari model gladiator yang mirip Rusell Crowe
bintang film” Gladiator”, sayang sekali aku tidak menemukan. Akhirnya aku batal
foto dengan model gladiator, merasa rugi jika membayar tapi modelnya kurang
ganteng he..he..he.
St Peter Basilica
Kami keliling di seputar pelataran gereja, kemudian
melanjutkan city tour dan makan siang.
Di resto tempat
makan siang, kita bertemu rombongan dari Indonesia, ternyata mereka
rombongan Freddy, tour leaderku saat
dulu aku ke Hollyland
Rombongan mereka juga akan ke St Peter, sambil
menunggu Paus selesai audisi mereka makan siang dulu.
Selesai makan siang, kami keliling kota Roma kemudian
kembali menuju gereja St. Peter Basilica.
Akhirnya kami tiba kembali di gereja St. Peter .
Sudah banyak pengunjung antri ditempat scanning, sebelum masuk area gereja kita
melewati pemeriksaan scanning seperti yang ada di bandara. Kemudian tour leader
membagikan headphone ke setiap peserta tour . Local guide menjelaskan sejarah
gereja dan peta lokasi yang didengarkan
peserta lewat headphone , tidak perlu
dengan suara keras sehingga suasana hening tetap terjaga.
Gereja di Vatican ini benar-benar indah dan “amazing”.
Dekorasi atap, dinding dan patung – patungnya begitu indah dan agung. Sebuah
mahakarya yang dibuat manusia dengan jiwa totalitas yang luar biasa.
Di dekat gereja ada penjual souvenir barang rohani, rosario ,
patung-patung mini dll , harganya cukup “reasonable” tidak terlalu mahal.
Setelah keluar dari gereja, kami berlima sibuk
memilih souvenir dan foto - foto, kemudian kita baru sadar sudah terpisah dari rombongan tour. Kami berbagi tugas
mencari arah perginya rombongan kami, tengok kiri dan kanan tidak ada
tanda-tanda arah kepergian rombongan tour. Kemudian kami menunggu di tempat
meeting point sebelumnya dan segera menghubungi tour leader .
Trevi Fountain
Aku hampir setiap hari aku melewati miniatur tiruan Trevi Fountain ada di depan
colloseum club house di Wisata Bukit Mas Surabaya.
Trevi Fountain asli jauh lebih
besar, lebih bagus, patung patungnya indah , sebuah karya nyata
orang-orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi.
Di dasar kolam Trevi Fountain bertebaran uang-uang
koin.
Menurut mitos, apabila kita melempar coin ke
dalam kolam, suatu saat nanti akan kembali berkunjung ke Roma.
Saat itu musim panas,
waktunya orang berlibur, pengunjung berkerumun menutupi Trevi fountain. Aku berusaha mendekati Trevi Fountain, mencari cela di antara
orang-orang agar dapat mengambil foto Trevi fountain.
Selesai mengambil foto , aku menepi , clingak
clinguk , tengok kiri kanan untuk mencari rombonganku. Tak nampak satu orang pun yang aku kenal.
Di sekelilingku orang bule yang hampir semuanya berbadan besar, membuat pandanganku terhalang ke depan.
Wow ...aku terpisah dari rombongan !
Aku berusaha menepi dari keramaian dan berpikir kira-kira kemana rombonganku pergi.
Oya..... tadi tour leader mengatakan di Trevi fountain ice creamnya enak. Pasti mereka ke sana.
Oya..... tadi tour leader mengatakan di Trevi fountain ice creamnya enak. Pasti mereka ke sana.
Aku menyusuri toko mencari toko ice cream,
dugaanku pasti mereka akan mampir di salah satu toko ice cream.
Dari jauh , aku meliat tour
leader lokal sedang celingukan mencari-cari seseorang, pasti dia cari aku.
Ternyata benar, rombongan tour sedang antri ice cream, sedangkan tour leader berusaha mencari aku.
Ternyata benar, rombongan tour sedang antri ice cream, sedangkan tour leader berusaha mencari aku.
Ice cream di
Trevi fountain memang enak tenan !. Pastikan mencicipi ice cream jika sedang berkunjung di sana .
Rasanya mantap yummy…!!
Dari Trevi fountain kita melanjutkan city tour ke
Piazza Venezia, monument Victor Emmanuel II, Roman Forum,dan tempat-tempat bersejarah lainya. Ada banyak
cerita tentang tempat-tempat bersejarah di kota Roma.
Mendengar penjelasan tour leader kita merasa berada
di sebuah kota dongeng dan legenda.
Hari 3 : Menara Pisa - Prato
Pagi-pagi benar, kita berangkat menuju menara
Pisa. Perjalanan dari Roma ke Pisa lumayan jauh.
Setiap 2,5 jam, bus berhenti memberi waktu istirahat sopir.
Peraturan mewajibkan sopir berhenti untuk istirahat
, jika tidak mematuhi sopir atau perusahan bus akan kena sanksi.
Selama sopir istirahat, kita dapat mampir ke toilet, beli snack atau mimunan.
Sebelum masuk toilet mesti bayar, lumayan mahal jika di kurskan ke rupiah.
Menara Pisa dapat dikatakan sebuah produk gagal yang akhirnya menjadi
legenda.
Menara Pisa bukan sengaja dibuat miring.
Dalam masa pembangunan baru diketahui, ternyata hasilnya
miring, tidak sesuai rencana . Pembangunan sempat terhenti karena khawatir berbahaya dan menara akan roboh.
Dengan berbagai pertimbangan masih aman, pembangunan dilanjutkan kembali, jadilah menara Pisa yang
miring dan legendaris.
Cuaca saat itu panas sekali, namun pengunjung seolah
tidak perduli dg panasnya matahari. Semua sibuk berfoto dengan gaya seolah-olah
sedang mendorong menara Pisa agar tidak jatuh.
Semua bangunan bernuansa putih, memberi kesan antik
dan anggun berdiri dengan latar belakang langit biru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar