Kamis, 07 Januari 2016

ISTANA DAN AIR SUCI DI GIANYAR BALI

Tak salah jika pulau Bali disebut sebagai pulau Dewata dan pulau seribu pura. Dimana-mana ada pura tempat pemujaan untuk para dewa. Kedatangan turis lokal maupun turis mancanegara tidak membuat adat Bali menjadi luntur, masyarakat Bali tetap menjalankan adat tanpa terpengaruh kebudayaan asing yang masuk bersama kedatangan para turis. Itulah salah satu hal yang menarik di Bali, masyarakat tetap memegang adat mereka tetapi toleran terhadap pendatang. Aah..seandainya semua masyarakat di Indonesia memiliki mental toleran seperti masyarakat Bali, Indonesia akan aman, tentram, tidak ada  konflik antar suku dan agama. Indonesia akan menjadi tempat tujuan wisata yang terkenal seantero dunia, Indonesia itu indah banget! Pariwisata Indonesia akan menjadi hebat, jika aman bagi pendatang dan ditunjang infrastruktur yang baik ( mimpi.com).
Di Taman Tampak Siring

Aku terjaga dari mimpi dan lamunanku. Mobil sudah memasuki kawasan Tampak Siring.
Tampak Siring,  adalah sebuah kecamatan di kabupaten Gianyar,  dengan luas wilayah sebesar 42,63 kilometer persegi.
Udara sejuk dan bersih, tak heran jika presiden Indonesia yang pertama, Ir Soekarno membuat istana kepresidenan  yang dibangun pada tahun 1957 - 1960 sebagai tempat peristirahatan apabila beliau berkunjung ke Bali. Desain istana dibuat oleh arsitek bernama RM Soedarsono.
Awalnya bangunan terdiri dari wisma Merdeka dan wisma Yudistira, seiring dengan waktu, bangunan ditambah dan direnovasi.
Pada tahun 2003,  istana Tampak Siring digunakan untuk KTT ASEAN Summit XIV. Bangunan istana Tampak Siring direnovasi agar siap untuk menyambut kedatangan para tamu delegasi utusan KTT ASEAN .  Balai Watilan  merupakan bangunan tambahan yang digunakan untuk konferensi dan resepsi tamu negara.  Acara pertunjukan kesenian khas Bali dan Indonesia dapat diselenggarakan di istana Tampak Siring.
Istana kepresidenan  masih digunakan hingga saat ini, apabila Presiden, keluarga presiden dan tamu negara berkunjung ke pulau Bali.

Aku memandang istana peristirahatan presiden dari kejauhan, dari taman sebuah pura bernama Tirta Empul.
Pura Tirta Empul memiliki taman yang luas dan terawat, ada sebuah pohon berbuah bulat seperti melon tetapi berkulit halus, kata pak penjaga taman nama buah tersebut maja. Mungkin nama buah maja ini merupakan nama yang dipakai untuk kerajaan Majapahit, aku tak tahu pasti, aku tak pandai dalam pelajaran sejarah.

Memasuki bangunan pura, kita di sambut dengan sebuah kolam  pemandian dan mata air. Di sana banyak turis lokal maupun mancanegara masuk ke kolam pemandian bersama penduduk lokal dan pemimpin upacara agama Hindu.

Saat aku berdiri di tepi kolam air pemandian , ada rombongan tour melintas. Rombongan tour sedang berjalan keliling taman bersama " guide".
Aku berjalan bersama rombongan tour yang tadi melintas sambil mendengarkan penjelasan guide .....ha..ha..ha.. "modus" ga ikut bayar guide dan nggak ikut tour, tapi ikut nguping.
Tirta Empul

Konon ceritanya, nama Tampak Siring berasal dari kata Tampak yang berarti telapak dan Siring berarti miring, telapak kaki raja yang bernama Mayadenawa. Raja sakti tetapi jahat.
Dewa Indra melihat dari nirwana segala tingkah polah kejahatan yang dilakukan Mayadenawa .
Dewa Indra murka dan mengirim pasukan untuk menghancurkan Mayadenawa.

Dalam peperangan melawan pasukan dewa Indra,  Mayadenawa kalah dan lari ke hutan. Sebagai upaya untuk menghilangkan jejak. Mayadenawa lari dengan posisi kaki miring.
Meskipun berusaha menghilangkan jejak, Mayadewana tetap berhasil ditangkap pasukan dewa Indra.
Saat ditangkap  Mayadenawa melakukan perlawanan dengan cara menciptakan mata air beracun. 
Sebagai penawar air beracun yang dibuat Mayadenawa, dewa Indra menciptakan mata air penawar racun yang disebut Tirta Empul ( air suci ).
Kolam air pemandian di depan tadi dipercaya sebagai kolam air suci yang diciptakan dewa Indra. Pura ini dinamakan Tirta Empul yang berarti air suci, kata sang guide.
Ooo..ternyata begitu, lumayan juga hasil ngupingku..jadi tahu asal usul nama tempat ini.

Lalu aku berjalan melipir, memisahkan diri dari rombongan tour, menuju ke kolam ikan koi tempat temanku menunggu untuk bersama-sama menuju parkiran mobil. Jalan menuju parkiran mobil melewati kios-kios yang berjualan souvenir dan baju-baju khas Bali. Begitu banyak kios namun tidak banyak pembeli. Penjaga kios dengan segala upaya berjuang untuk mendapatkan pembeli, menurunkan harga tanpa menunggu pembeli menawar supaya calon pembeli tertarik untuk membeli atau paling tidak mampir ke kiosnya.


Sopir mobil yang kita sewa sudah menunggu di bangku dekat mobil diparkiran, segera kita masuk mobil untuk melanjutkan perjalanan.

Tampak Siring ,  istana dan kolam air suci sebentar lagi akan aku tinggalkan untuk menuju obyek wisata lain di Bali. Bye..bye..bye Tampak Siring, lain kali aku akan datang kembali.