Senin, 19 Oktober 2015

BETWEEN BELITUNG AND BANGKA

Batu Batu Di Pantai Turun Aban
Ketika pulang dari Babel ( Bangka dan Belitung ), ada beberapa orang bertanya : " Antara  Belitung dan Bangka mana yang lebih bagus? ".
Terus terang agak sulit menjawab pertanyaan mereka, yang pertama persepsi bagus masing-masing  orang berbeda, yang ke dua saat aku berada di Belitung udara cerah tidak ada kabut asap, saat tiba di Bangka kita disambut kabut asap sampai meninggalkan Bangka masih ada sisa-sisa kabut asap akibat kebakaran hutan di Sumatra Selatan.
Batu Kejepit Di Pulau Putri

Kabut asap di Bangka membuat langit menjadi kelabu, sepanjang hari matahari tertutup kabut, hasil foto tidak bagus dan buram, air laut dan langit berwarna abu-abu.
Kabut asap telah merusak segalanya, udara menjadi kotor, kita tidak bisa bernafas dengan lega, pemandangan jadi buram dan hasrat jalan-jalan menjadi pudar, "mood" jadi berkurang.
Rasa nyaman kita terganggu gara-gara kabut asap terbang tertiup angin sampai ke pulau Bangka.
Semoga saja pelaku pembakaran hutan segera ditindak tegas dan tahun depan sudah tidak ada kabut asap lagi.

Orang Orang Di Belitung dan Bangka

Ada persamaan antara orang Belitung dan Bangka, mereka ramah, jujur dan gemar menolong.
Saat kita membutuhkan informasi tentang kuliner atau tempat wisata atau apapun tentang daerah tersebut , kita tidak perlu browsing ke mbah "Google".
Selain tidak semua data ada di internet, penjelasan dari penduduk lebih akurat dan detail. Mereka akan dengan senang hati menjelaskan, mencatatkan dan jika diperlukan mengantarkan kita sampai tempat tujuan, sambil tak lupa memberi nomor HP dengan pesan kita bisa menghubungi jika ada kesulitan selama di Belitung dan di Bangka. Mantaapp..sekali kan !!Mereka melakukan dengan tulus hati. Aah..aku terharu, seolah-olah menemukan saudara baru di Belitung dan Bangka.

Sepeda motor dengan kunci kontak yang masih menempel ditinggal begitu saja oleh pemiliknya,  mobil dengan kaca jendela masih terbuka dan kunci masih menempel ditinggal pengemudi masuk toko untuk belanja, itu sudah merupakan pemandangan yang biasa. Wah..kalo di Surabaya sudah langsung diselamatkan oleh pencuri alias hilang.
Toko perhiasan berbagai jenis  batu- batuan menggelar dagangannya begitu saja tanpa pengawasan yang berarti, padahal harga per batu bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Pengunjung dengan leluasa melihat dan mencoba perhiasan berbagai jenis batu-batuan.

Penduduk saling mengenal, mereka akan terkucilkan apabila berbuat tidak baik, mereka akan berpikir berkali-kali sebelum berbuat jahat, demikian penjelasan seorang pemilik toko saat kita tanya.

Kuliner Di Bangka
Rasa kecewa karena kabut asap terobati dengan kuliner Bangka yang terkenal enak dan sea foodnya yang segar.
Di pinggir sebuah pantai dijual rajungan yang masih segar, kakinya masih bergerak-gerak menendang - nendang.
Rajungan Segar

Kita membeli rajungan tersebut, kemudian minta ibu pemilik warung di pinggir pantai untuk memasak dan membuat sambal.
Rajungan dimakan beramai-ramai dicocol sambal jeruk,  sambil diiringi musik alam deburan ombak....!!
Daging rajungannya kenyal, tebal-tebal, segar ada sedikit rasa manis bercampur gurih.
Wao....rasanya..wuenak..sepertinya ini rajungan yang paling enak aku makan seumur hidupku.
Eunak Tenan Rajungannya

Selain seafood, kuliner yang enak adalah mie Bangka, martabak, otak-otak dan es kacang merah di Belinyu.
Bagi non muslim, babi panggangnya enak, krispy dan bumbunya enak.

Wisata Di Bangka
Ada banyak pantai di sepanjang daerah Sungai Liat dan Belinyu, ada pantai Matras, Pantai Tikus, Pantai Rambak, Pantai Turun Aban dan masih banyak pantai lainnya, sayang sekali langit berwarna kelabu tertutup kabut asap, sehingga keindahan pantai bersembunyi dibalik kabut asap.

Kita sempat mampir di vihara besar di depan pantai Tikus, bangunannya bulat mirip kuil-kuil di Jepang, pagarnya putih berkelok-kelok mirip pagar di istana musim panas di Beijing.
Vihara Depan Pantai Tikus

Di Belinyu ada gua Maria yang terkenal, di tamannya banyak pohon-pohon rindang, akarnya membentuk sulur-sulur cantik.
Di depannya ada penjual otak-otak belinyu " Afung" rasanya enak demikian juga es kacang merahnya.
Taman Di Gua Maria Belinyu

Setelah jalan-jalan di Bangka, tiba waktunya untuk pulang kembali ke Surabaya.
Sehari sebelum pulang kabut asap kembali datang, hari itu banyak pesawat batal terbang terhalang kabut asap, sore menjelang malam turun hujan menghalau pergi sang kabut asap. Malam itu pesawat baru bisa terbang jam 21.00 WIB.
Untunglah keesokan harinya jam 11.00 siang pesawat kita bisa terbang sesuai jadwal tanpa terhalang kabut asap.
Thanks God !! Terimakasih teman-teman, sampai jumpa di perjalanan berikutnya..dag..dag..dag...






Kamis, 15 Oktober 2015

JELAJAH PANTAI DI PULAU BELITUNG

Keindahan wisata di Bangka Belitung terletak pada wisata baharinya yang mempesona para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Batu Kepala Burung Garuda

Provinsi yang merupakan gabungan dari dua buah kepulauan, yakni Bangka dan Belitung, memiliki banyak pantai yang mengagumkan dengan bebatuan granit yang khas dan permukaan pantai yang landai. Selain pantainya yang indah, terdapat beberapa pulau yang menarik untuk dikunjungi di kawasan kepulauan ini, misalnya Pulau Lengkuas dan Pulau Tanjung Tinggi di Belitung.
Bangka Belitung (Babel) adalah kawasan kepulauan dengan 470 buah pulau dan hanya  50 pulau yang telah berpenghuni.
Batu Besar Di Pulau

Potensi wisata bahari di sana mampu membuat pengalaman wisata bahari yang berkesan, seperti snorkeling, memancing, hingga berlayar, atau sekedar bermain-main dan berenang di air yang bening dan jenih tanpa khawatir tersapu ombak, karena ombak nyaris tak ada.
Kepulauan Babel terkenal sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia ini, dihuni oleh masyarakat Indonesia dari etnis China dengan komposisi mencapai 20% dari total populasi di Bangka Belitung.
Jangan heran kalau kita  menjumpai banyak kelenteng di Babel yang masih digunakan sebagai tempat ibadah tatkala mengitari beberapa tempat wisata Bangka Belitung.

Hal yang membuat aku terkesan selain obyek wisata bahari yang indah, adalah keramahan, kejujuran dan semangat menolong yang tulus dari penduduk Bangka dan Belitung.
Di Bangka dan Belitung toleransi antar suku dan agama sudah menjadi praktek hidup sehari-hari bukan hanya sekedar teori.

Demikian gambaran besar tentang Bangka dan Belitung, sekarang aku cerita pengalaman menjelajahi pantai di pulau Belitung.

Kemarin pak sopir berpesan sebaiknya kita berangkat ke pulau pagi hari sebelum air pasang menutupi pulau pasir, ada sebuah pulau bertanah pasir yang hanya ada pagi hari sebelum air laut menutupi pulau tersebut.

Pagi ini kita breakfast lebih awal, jam 6.30 AM mobil yang kita sewa sudah menunggu di depan hotel.
Sebelum berangkat atas saran pak sopir  kita membeli bekal makan siang, nanti  kita akan makan di salah satu pulau ketika waktu makan siang tiba.
Menurut pak sopir jarang ada orang jual makanan di pulau dan biasanya wisatawan membawa bekal yang dibeli dari kota sebelum ke pulau.
It 's okay...itu saran yang bagus, kita ikuti saja...

Bekal makan siang, camilan, air mineral, baju renang, baju ganti semua sudah siap !?? Ayo berangkat...go...go..go !!
Pak sopir sudah menghubungi tempat persewaan kapal, sewa kapal keliling pulau Rp. 500.000,- sedangkan sewa jaket pelampung per orang Rp 20.000,-, agar nyaman bagi yang tidak membawa sandal jepit kita beli sandal jepit Swallow, harga sepasang sandal jepit Rp. 20.000,-.

Tujuan awal adalah pulau Pasir, sayang sekali pulau telah terendam air, karena tadi malam angin kencang bertiup sehingga pulau Pasir terendam air dan pagi ini belum surut.
Dari jauh terlihat batu-batu granit besar dengan berbagai bentuk dan ukuran, ternyata batu-batu tersebut berada di pulau-pulau yang tersebar diperairan Belitung.
Air laut bening dan ombak tidak terlalu besar, ... ikan-ikan berenang bergerombol...kita ambil biscuit , rempah-rempah biskuit kita lempar di sekeliling  kapal, ikan-ikan datang makan biskuit yang kita tebarkan.
Ada ikan yang berwarna -warni menyolok, tetapi sebagian besar ikan berwarna abu-abu. Lumayanlah..walaupun tidak seindah ikan di Bunaken, kata temanku.
Sekali-kali ada burung-burung camar berwarna putih terbang mendekati permukaan air laut.

Kapal merapat ke pulau, dari jauh kelihatan batu berbentuk burung garuda.
Kita mencari bintang laut, aku pegang bintang laut, ternyata bintang laut itu empuk.
Setelah puas memegang bintang laut kita kembalikan bintang laut ke habitatnya, kembali ke air laut.
Jangan diletakkan dipasir, kasian bintang lautnya bisa mati, teriak temanku.
Kita lanjutkan perjalanan ke pulau Lengkuas, nanti kita bisa santai-santai di sana.

Pulau Lengkuas

Salah satu yang khas di pulau Lengkuas adalah adanya mercusuar yang berusia sangat tua dan masih akitf hingga kini, yakni mercusuar peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1882. Pesona memikatnya tedapat pada hamparan laut biru nan jernih dengan bebatuan granit yang mempesona.
Air laut jenih, pantai landai nyaris tak ada ombak sangat nyaman untuk berenang atau sekedar bermain air.
Di sisi pantai agak dalam nampak beberapa wisatawan snorkeling.
Batu di Pulau Lengkuas

Walaupun luas wilayah kurang dari 1 hektare,  pulau Lengkuas menyuguhkan keindahan panorama laut yang memikat. Dengan menaiki mercusuar setinggi 50 meter tersebut, kita dapat menikmati pemandangan spektakuler di Pulau Lengkuas. Jika kita terlalu lelah untuk sampai di puncak mercusuar, jangan khawatir sebab setiap lantainya memiliki jendela yang menghadap ke berbagai arah. Inilah sebab mengapa Pulau Lengkuas memiliki daya pikat yang selalu mengundang kedatangan wisatawan untuk dapat menikmati pesonanya.
Airnya Bening

Kita beli kelapa muda yuk..  air kelapa mudanya manis, daging kelapanya empuk dan legit , kelapa mudanya besar-besar, tak rugi membayar sebutir kelapa muda Rp. 20.000,- sepadan dengan rasanya.

Pantai Tanjung Kelayang
Terletak sekitar 27 km dari pusat kota Tanjungpandan di Belitung, Pantai Tanjung Kelayang adalah salah satu destinasi wisata di Belitung yang populer di kalangan wisatawan domestik dan internasional. Secara berkala, ratusan perahu yacht dari berbagai negara akan singgah di pantai Belitung yang satu ini dalam event Sail Indonesia. Bebatuan granit yang menawan dengan salah satu formasi batu yang membentuk kepala burung, serta hamparan pasir putih yang bersih adalah pesona keindahan dari panorama pantai yang populer dikunjungi masyarakat Belitung sejak dulu.

Di kawasan pantai inilah berbagai event akbar maritim internasional kerap terselenggara, salah satunya yang belum lama berselang adalah Sail Wakatobi – Belitong.

Kapal singgah dari pulau ke pulau, dan sampailah kita di Kepayang Island, matahari bersinar terang menyebarkan udara panas disekelilingnya, perut lapar sudah minta diisi.
Di tepi pantai ada meja panjang dan bangku-bangku mengelilingi meja, kita buka bekal kita, makan siang dengan pemandangan laut dan kapal-kapal yang sesekali lewat, semilir angin mengusir panasnya matahari. Nikmatnyaa...
Saat membereskan sisa-sisa tempat makan untuk dibawa pulang agar tidak mengotori lingkungan, kita dihampiri karyawan resto ternyata meja dan bangku yang kita tempati milik resto Kepayang. Kita disodori nota Rp 70.000,- untuk 7 orang  @ Rp. 10.000,- sebagai ganti kita memakai fasilitas resto tanpa membeli makanan dan minuman dari mereka. No problem...cukup fair...cukup lama kita leyeh-leyeh dikursi resto dan memakai fasilitas toilet.
Apalagi mereka mengatakan dengan cara yang sopan..kita rela banget bayar per orang Rp.10.000,-.

Pantai Tanjung Tinggi
Pantai Tanjung Tinggi

Tanjung tinggi adalah pantai yang diapit oleh dua semenanjung, yaitu tanjung Kelayang dan tanjung Pendam. Nama tanjung tinggi diambil dari kata tanjung yang artinya semenanjung dan tinggi yang artinya pantai yang memiliki bebatuan yang tinggi. Pantai Tanjung Tinggi merupakan salah satu tempat wisata di pulau Belitung. Letaknya tidak jauh dari Pantai Tanjung Kelayang dan berjarak sekitar 31 km dari kota Tanjung Pandan. Pantai ini memiliki area seluas 80 hektar, berpasir putih, dan terdapat ratusan batu granit besar yang tersebar di kedua semenanjung dan juga di laut di depan pantai. Ukuran granit mulai dari beberapa meter kubik hingga ratusan meter kubik lebih besar dari sebuah bangunan sebesar rumah, sehingga menjadi tempat wisata ungulan di Pulau Belitung. Tanjung tinggi juga dinamakan Pelabuhan Bilik. Dahulu tempat ini adalah pelabuhan nelayan bagi desa terdekat Keciput atau Tanjung Tinggi. Di pantai ini tidak perlu khawatir dengan serangan ikan hiu, karena tidak pernah terjadi di Belitung. Satu-satunya yang kadang-kadang harus diwaspadai adalah ubur-ubur, khususnya yang besar.

Di tepi pantai banyak warung-warung menyediakan bermacam-macam seafood.
Ada juga kerumunan orang-orang berjualan berbagai jenis batu akik, kinyang air, satam dll.
Pantai ini adalah tempat syuting film "Laskar Pelangi".

Kita melompat dari batu ke batu mencari tempat yang pas untuk melihat pemandangan Pantai Tanjung Tinggi dari atas.
Pak sopir membantu mencari jalan pintas dan pijakan batu yang tidak terlalu sulit dipanjat.
Pak sopir sudah biasa mengantar wisatawan, sudah hafal jalan pintas, dan tempat-tempat yang bagus untuk melihat pemandangan dan berfoto.
Batu-batu yang besar, air laut yang bening bergradasi dan pasir yang putih bersih...benar-benar indah..membuat kita semua "speechless" hening tak bisa berkata-kata..

Darimana batu-batu ini berasal, sampai sekarang masih menjadi bahan penelitian.
Semoga pantai yang indah ini tetap asri dan bersih...

Begitu banyak pantai yang kita kunjungi, aku tidak ingat satu persatu namanya.
Tetapi yang pasti, wisata bahari di Belitung indah dan menyenangkan, dan seafoodnya enak dan fresh.
Apakah anda tertarik pergi ke Belitung ? Atau mungkin sudah ke Belitung ?



Senin, 12 Oktober 2015

BELITUNG : MENIKMATI PULAU LASKAR PELANGI DAN AHOK

Keindahan pulau Belitung telah tersebar seantero dunia berkat novel karangan Andrea Hirata yang dibuat 10 tahun yang lalu dan saat ini telah diterjemahkan ke 34 bahasa asing dan diterbitkan di lebih 130 negara di dunia.
Pulau Belitung makin terkenal sejak Ahok yang lahir di Belitung menjadi pejabat publik di DKI yang terkenal  berani , vocal dan jujur.
Aku makin penasaran ingin ke Belitung, karena pernyataan Ahok : Di Jakarta tidak ada "sea food " yang enak dan segar, seenak di Belitung, sampai sekarang Ahok selalu makan sea food yang didatangkan dari Belitung.
Wow...makin penasaran kan ?.

Saat semua akomodasi ( tiket pesawat, hotel ) sedang diproses muncul berita kabut asap yang membuat sebagian penerbangan tidak bisa berangkat.
Sebagian teman menjadi ragu dan urung berangkat. Akhirnya tinggal peserta yang nekad, tetap issued tiket pesawat dan hotel.
Semboyan kita : "Whatever will be will be ".

Tanggal 2 Oktober 2015, kita berangkat naik pesawat Garuda dari Surabaya menuju Jakarta kemudian ke Tanjung Pandan Belitung.
Penerbangan dari Jakarta ke Tanjung Pandan Belitung hanya 44 menit, lebih dekat dibanding Surabaya - Jakarta yang 1 jam 10 menit.
Akhirnya pesawat terbang tanpa terhalang kabut asap, angin telah membawa kabut asap pergi.

Mobil yang kita sewa sudah tiba di bandara H.A.S Hanandjoeddin Tanjung Pandan.
Bandara Tanjung Pandan kecil, lebih mirip terminal bus.
Sebelum menuju mobil, kita berhenti berfoto sebentar di bandara, kemudian menuju mobil yang sudah siap mengantar kita menjelajah dan kuliner di pulau Belitung.

Dalam perjalanan kuliner makan siang, kita mampir ke pertambangan kaoline.
Kaoline adalah serbuk putih yang merupakan bahan baku pembuat keramik.
Bekas galian kaoline membentuk lubang besar berisi air biru tosca kontras dengan warna putih bersih di sekelilingnya.
Sekilas mirip sebuah danau yang indah, padahal itu merupakan bekas galian tambang.
Lubang Tambang Kaoline

Di seberang lokasi tambang kaoline terdapat gundukan kaoline yang membentuk bukit-bukit berderet. Jika kita memandang dari jauh mirip pemandangan  pegunungan Rockies Mountain di Canada yang sedang berselimut salju...
Di depan Gundukan Kaoline

Dari tambang kaoline kita menuju depot mie Atep yang terkenal di Belitung dan ternyata lokasi depot tersebut berdekatan dengan hotel Central City 1 tempat kita menginap.
Kita check in dulu yuk ! Supaya ga bawa koper kemana-mana.
Semua koper kita turunkan, titip ke hotel, cukup bawa diri dan dompet menuju depot mie Atep.
Tampilan mie Atep mengundang selera dengan emping blinjo dan udang besar dan segar di atasnya.
Wah..koq "taste"nya manis ya..kita beri perasan jeruk dan sambal supaya seger, makan bersama krupuk ikan..
Wao yummy...walaupun menurutku rasanya terlalu manis.
Mie Atep Belitung

Perut sudah kenyang, badan kembali segar, kita lanjut perjalanan ke Belitung Timur ke rumah Ahok dan museum kata "Laskar Pelangi".
Jalanan menuju Belitung Timur mulus beraspal, tidak ada lubang sedikitpun, lalu lintas lancar hanya sekali-kali mobil lewat.
Di kiri- kanan jalan ada rumah-rumah penduduk beratap seng dengan halaman yang luas, antara rumah dan rumah dipisahkan halaman yang luas.
Sepertinya harga seng di Belitung lebih murah daripada genteng sehingga hampir semua rumah beratap seng.
Di sekeliling rumah penduduk tumbuh tanaman perdu dan pohon-pohon kecil, tanah di Belitung tidak terlalu subur.
Menurut penjelasan pak sopir sebagian sayur seperti wortel dan kentang didatangkan dari Jakarta.
Sayuran dari Belitung hanya sayuran yang bisa hidup dicuaca panas seperti sawi-sawian.

Akhirnya kita sampai di rumah Ahok, rumah putih bertingkat dua yang besar dengan halaman yang luas.
Di halaman depan tumbuh bermacam-macam bunga anggrek, mama Ahok penggemar bunga anggrek.
Di halaman samping rumah difungsikan sebagai sentra usaha kecil menengah yang menjual batik, souvenir khas Belitung, lada ( mrica ) Belitung dll.
Di seberang rumah Ahok ada Kampung Ahok, rumah khas Belitung yang difungsikan sebagai cafe menjual kue dan minuman resep mama Ahok.
Belitung begitu cerdas mengemas lingkungan Ahok sebagai obyek wisata.
Di Depan Rumah Ahok

Puas keliling kampung Ahok, kita menuju ke sekolah Muhammadiyah, sekolahnya Andrea Hirata pengarang Laskar Pelangi.
Bangunan sekolah yang sangat sederhana..maaf..lebih mirip kandang ayam, namun di tempat yang amat sangat sederhana ini telah mencetak orang sekaliber Andrea Hirata, seorang anak kuli timah yang berhasil bersekolah ke manca negara melalui jalur beasiswa, pergi keliling dunia dan karyanya beredar di lebih 130 negara di dunia.
Aku kagum dan salut untuk Andrea Hirata, kemiskinan, lingkungan terpencil dan sederhana tidak memupuskan cita-cita yang pernah ditanamkan oleh guru-guru sederhana di sekolah yang hampir rubuh.
Di sebelah bangunan sekolah ada sebuah museum kata Andrea Hirata yang ditata apik secara kreatif.
Foto yuk..dengan lukisan Andrea Hirata dan karya-karyanya.

Tak terasa hari sudah menjelang sore, kita menuju daerah Manggar di sana berjajar warung-warung kopi, ngopi yuk..
Kopinya mantap, diminum sambil makan pisang goreng, singkong goreng, empek-empek...wao maknyusss.
Tak jauh dari Manggar ada pantai Tanjung Pendam, perut udah kenyang..saatnya menikmati sunset di Tanjung Pendam.
Kita foto dengan memegang matahari sunset..wow..ada awan..mataharinya tertutup awan..
Ayo...tunjukkan ekspresimu... gaya bebasss...Kalo sudah begini faktor "U" diabaikan...faktor U kan hanya ada di KTP..
Saat traveling...tinggalkan faktor "U"...ha..ha..ha..
Sunset Di Tanjung Pendam

Wow..angin laut menerpa dan menerbangkan rambut dan selendang...ayo..tangkap matahari..
Bermain di pantai, badan jadi lengket-lengket..ayo kita ke hotel dan mandi lalu kita makan sea food dan jalan-jalan cari batu satam, batu kinyang air, kinyang karang.

Ahok memang benar, sea food Belitung memang segar dan ueenakk !
Urusan batu-batuan aku ga tau, kata teman, di Belitung tempatnya batu segala jenis kinyang..
Hari ini kita sudah ke kampung Ahok, Laskar Pelangi, ngopi di Manggar, lihat sunset di Tanjung Pendam dan jelajah kota Tanjung Pandan di waktu malam.
Kita istirahat dulu ya...besok kita "island hopping", jalan-jalan dari pulau ke pulau.
Good nite all my friends.. C U..