Sabtu, 09 Mei 2015

Sichuan

Sichuan dan Jiuzhaigou



Propinsi Sichuan berada di bagian China Selatan, berbatasan dengan daerah Tibet.
Hampir seluruh daerah berupa pegunungan yang tandus.
Sebagian besar penduduknya peternak kambing dan sapi.
Sapi yang hidup di Sichuan berbulu panjang menyesuaikan habitat tempat tinggalnya yang berhawa dingin.

Jalan darat  dari Chengdu menuju Jiuzhaigou melewati daerah  Sichuan yang diguncang gempa pada
tahun 2008. Saat gempa hampir seluruh kawasan luluh lantak, rata dengan tanah.

Saat ini di daerah bekas gempa  banyak bangunan-bangunan baru, pabrik-pabrik, dan jalan tol serta berapa terowongan menembus gunung.
Sichuan  begitu cepat bangkit dari keterpurukan akibat gempa.
Sichuan telah diakuisisi ( diambil ) oleh salah satu propinsi yang kaya di China.
sapi di Sichuan
Salah satu kebijakan di China adalah propinsi yang kaya akan mengambil alih pengelolaan propinsi yang miskin agar terjadi pemerataan pembangunan.

Pembangunan tumbuh pesat, namun belum menyentuh kebersihan toilet umum.
Hampir semua toilet umum di Sichuan amat sangat jorok, di ‘toilet stop’ yang pertama aku muntah tidak tahan bau khas toilet Sichuan.
Sebelum kita masuk toilet udah dicegat  disuruh bayar, sampai di toilet saatnya uji ketahanan mental dari
sensasi bau dan ‘ view ‘khas limbah toilet.
Ketahanan mentalku runtuh di ‘toilet stop’ Sichuan yang pertama, selanjutnya sudah lebih teruji ( tidak muntah lagi).

Jiuzhaigou
Ada sisi positif  Sichuan meskipun mereka miskin aku tidak melihat ada pengemis atau peminta-minta.
Mereka ulet, pekerja keras dan semangat tolong menolong diantara mereka besar, walaupun cara berbicara
mereka kasar.
Sifatnya mirip orang Madura  di Indo.


Jiuzhaigou dalam bahasa Inggris disebut ‘ nine village valley’ artinya lembah 9 desa.
Ada 118 danau yang terdapat di lembah ini.
Lembah ini merupakan wilayah konservasi dan taman nasional yang dijaga dari polusi alam.
Keliling Jiuzhaigou kita harus ganti bus yang disediakan, bus anti polusi, tidak boleh memakai kendaraan yang kita bawa.
Jiuzhaigou masuk dalam situs warisan dunia Unesco  tahun 1992.


Masa ‘ peak season’ terjadi di musim gugur, antara bulan Sept – awal Nov.
Saat itu daun-daun mulai berubah warna, menambah keindahan pemandangan di sekeliling danau yang bening bagai cermin.
Air danau berwarna warni akibat kandungan mineral  kalsium karbonat dan hidrofita serta tanaman air yang ada di dalam danau.
Karena jernihnya air batang-batang pohon yang roboh berabad yang lalu akan terlihat jelas dari atas permukaan air.
Air terjun jatuh ke bumi di sekeling daun-daun beraneka warna, kuning, merah, orange, hijau dan sebagian
pohon daunnya rontok tinggal ranting-ranting.

Kendala Bahasa Di Sichuan.

Receiptionist hotel.

Hotel –hotel besar banyak bermunculan di daerah Jiuzhaigou, untuk menyambut kedatangan turis yang semakin bertambah, tetapi ada receiptionist hotel tidak mengerti bahasa Inggris.
Pemanas di kamar hotel tempat aku menginap tidak berfungsi.
Aku ke lobby lapor ke receptionist : “ Excuse me, heater in my room not warm. Please check heater in room number : ..…..”.
Receptionist geleng-geleng kepala sambil ngomong ke temannya “ wo puceto “ ( aku tidak tau )
Aku ulang pelahan -lahan ,kata demi kata : “please _check_ heater_ in room……”.
Lalu aku tulis di kertas dan berikan ke mereka.
Hasilnya …mereka tetap melongo dan geleng-geleng kepala.
Aku putus asa…aku ngomong dia gak ngerti, dia ngomong aku gak ngerti.

Aku akan kembali naik lift menuju kamar, dan berpikir  akan mencoba kutak-katik tombol heater lagi.
Sebelum menuju lift aku lihat ada ruang kantor hotel, aku masuk .
Aku katakan ke karyawan yang ada di sana: “ Heater in my room not warm “.
Karyawan hotel tsb langsung mengerti, mungkin dia “ duty manager” hotel tsb .
Karyawan tsb mengatakan , dia akan segera pergi untuk check. Aku disuruh tunggu sebentar.
Ternyata heater belum dinyalakan dari ruang pusat control heater.
Untung ketemu karyawan hotel yang mengerti bahasa Inggris.
Saat itu kami tidak bisa minta tolong tour leader sebagai penterjemah, TL sedang pergi antar sebagian rombongan nonton pertunjukan kung fu.

Aku  ke kamar , cuci muka, ganti baju tanpa kedinginan dan berangkat lagi untuk jalan-jalan.  
Jika heater tidak menyala mungkin kami tak sanggup buka koper di kamar karena gemetar kedinginan.
Saatnya kita menjelajah kota, jangan lupa bawa kartu nama hotel.
Jika tersesat ga tau jalan , naik taxi yang di recom, tunjukkan kartu nama hotel pasti nyampai.

Oooo..Japanese , You Japanese
Saat breakfast, ada orang mencoba ngajak ngobrol aku dengan bahasa Mandarin…kalimatnya panjang banget. Aku gak ngerti blas. Aku akan menyela tapi orang tsb tidak memberi kesempatan.
Orang tersebut masih  ngomong  terus , kemudian melanjutkan dengan kalimat tanya.
( Aku tau dari ekspresinya, seolah minta pendapatku ).
Dengan ekspresi bingung aku tersenyum…dan mengatakan “ Sorry ...,I don’t understand”.
Kemudian dengan yakin dia bilang  :”….ooooo Japanase…You Japanase.”.
Ha..ha..ha… aku dikira orang Jepang.
Repot memang kalo tampang oriental tapi nggak bisa bahasa Mandarin.

Tea…Tea.. Tea..
Di Huanglong setelah aku lelah berjalan naik tangga, aku kembali ke resto duduk di teras bergabung dengan teman-teman tour yang tidak ikut naik Huanglong.
Tak lama kemudian pelayan resto datang bawa daftar menu dengan tulisan full Mandarin, sambil nunjuk-nunjuk gelas kopi susu yang ada di meja.
 Aku bilang :” I don’t like milk coffee, do you have tea ?”.
Tetap aja ngotot nyodorin daftar  menu sambil terus nunjuk gelas kopi susu di meja.
Aku juga ngotot : “ Wo puk yo “ ( aku tidak suka ), sambil nunjuk gelas di meja , dan bilang “ I order tea..tea..tea… a glass of tea “.
Segera peserta tour yang  bisa ber bhs Mandarin membantu menerjemahkan “Ja.. ja..ja..” ( bahasa Mandarin teh = ja ).
Pelayan resto tetap ngotot, nyodorin daftar menu lagi sambil nunjuk-nunjuk daftar menu.
Ternyata ada bermacam-macam jenis teh, aku disuruh pilih.
Aku pilih aja ngawur tunjuk sembarang.
Langsung dia tagih : 30 yuan ( setara Rp. 60.000,-).
Kemudian pesananku datang : “ segelas air panas didalamnya ada beberapa butiran merah kecil (ice ) 3 bunga melati putih & 1 butiran merah agak besar ( anco) serta 1 termos berisi  air panas”.
Aku bingung..koq gak ada teh nya blas ya..
Teman-teman tertawa..kayak sesajen ya.
Hasil pesanan dengan kendala bahasa, kataku sambil minum pesananku dengan pasrah.
Huanglong

Kemudian ada teman datang dari naik Huang Long.
Lalu aku bilang  itu ada air panas, masukin aja ke termosmu ( temanku selalu bawa termos berisi air hangat karena udara dingin ).
Tak lama kemudian pelayan resto datang minta agar temanku bayar
Temanku protes karena aku sudah bayar, koq dia tagih lagi ke temanku.
Pelajan resto tetap ngotot minta dibayar.
Aku minta temanku tanya ( temanku bisa sedikit Mandarin) disuruh bayar berapa ?
Di suruh bayar  5 yuan , daripada ga bisa melanjutkan perjalanan, temanku akhirnya bayar.
Ha..ha..ha… orang China memang ulet apalagi untuk urusan tagih menagih.
Dia akan ngotot terus sampai kita mau bayar.

Ngomong-ngomong tentang makanan Sichuan, rasanya pedas dan asin, nasi agak sedikit keras.
Masakan ala Sichuan di Indo lebih pas di lidahku.
Menurut tour leader , makanan di pedesaan kurang enak karena taraf hidup mereka masih miskin, mereka belum mengenal seni kuliner. Di kota Chengdu makanannya enak, mereka sudah belajar kuliner dan taraf hidup mereka relatif lebih tinggi.

Traveling ke propinsi Sichuan telah memberi wawasan dan pengalaman baru bagiku.
Dag..dag..dag Juizhaigou, Huanglong...aku dah kangen dengan kuliner Surabaya.
C.U. later.. 

1 komentar: