Sichuan dan Jiuzhaigou
Propinsi
Sichuan berada di bagian China Selatan, berbatasan dengan daerah Tibet.
Hampir
seluruh daerah berupa pegunungan yang tandus.
Sebagian
besar penduduknya peternak kambing dan sapi.
Sapi yang
hidup di Sichuan berbulu panjang menyesuaikan habitat tempat tinggalnya yang
berhawa dingin.
Jalan darat
dari Chengdu menuju Jiuzhaigou melewati
daerah Sichuan yang diguncang gempa pada
tahun 2008.
Saat gempa hampir seluruh kawasan luluh lantak, rata dengan tanah.
Saat ini di
daerah bekas gempa banyak
bangunan-bangunan baru, pabrik-pabrik, dan jalan tol serta berapa terowongan
menembus gunung.
Sichuan begitu cepat bangkit dari keterpurukan akibat
gempa.
Sichuan
telah diakuisisi ( diambil ) oleh salah satu propinsi yang kaya di China.
sapi di Sichuan |
Pembangunan
tumbuh pesat, namun belum menyentuh kebersihan toilet umum.
Hampir
semua toilet umum di Sichuan amat sangat jorok, di ‘toilet stop’ yang pertama aku
muntah tidak tahan bau khas toilet Sichuan.
Sebelum kita
masuk toilet udah dicegat disuruh bayar,
sampai di toilet saatnya uji ketahanan mental dari
sensasi bau
dan ‘ view ‘khas limbah toilet.
Ketahanan
mentalku runtuh di ‘toilet stop’ Sichuan yang pertama, selanjutnya sudah lebih
teruji ( tidak muntah lagi).
![]() |
Jiuzhaigou |
Mereka
ulet, pekerja keras dan semangat tolong menolong diantara mereka besar,
walaupun cara berbicara
mereka
kasar.
Sifatnya
mirip orang Madura di Indo.
Jiuzhaigou
dalam bahasa Inggris disebut ‘ nine village valley’ artinya lembah 9 desa.
Ada 118
danau yang terdapat di lembah ini.
Lembah ini
merupakan wilayah konservasi dan taman nasional yang dijaga dari polusi alam.
Keliling
Jiuzhaigou kita harus ganti bus yang disediakan, bus anti polusi, tidak boleh
memakai kendaraan yang kita bawa.
Jiuzhaigou
masuk dalam situs warisan dunia Unesco
tahun 1992.
Masa ‘ peak
season’ terjadi di musim gugur, antara bulan Sept – awal Nov.
Saat itu
daun-daun mulai berubah warna, menambah keindahan pemandangan di sekeliling
danau yang bening bagai cermin.
Air danau
berwarna warni akibat kandungan mineral
kalsium karbonat dan hidrofita serta tanaman air yang ada di dalam
danau.
Karena
jernihnya air batang-batang pohon yang roboh berabad yang lalu akan terlihat
jelas dari atas permukaan air.
Air terjun
jatuh ke bumi di sekeling daun-daun beraneka warna, kuning, merah, orange,
hijau dan sebagian
pohon
daunnya rontok tinggal ranting-ranting.
Kendala Bahasa Di Sichuan.
Receiptionist hotel.
Hotel
–hotel besar banyak bermunculan di daerah Jiuzhaigou, untuk menyambut
kedatangan turis yang semakin bertambah, tetapi ada receiptionist hotel tidak
mengerti bahasa Inggris.
Pemanas di
kamar hotel tempat aku menginap tidak berfungsi.
Aku ke
lobby lapor ke receptionist : “ Excuse me, heater in my room not warm. Please
check heater in room number : ..…..”.
Receptionist
geleng-geleng kepala sambil ngomong ke temannya “ wo puceto “ ( aku tidak tau )
Aku ulang pelahan
-lahan ,kata demi kata : “please _check_ heater_ in room……”.
Lalu aku tulis
di kertas dan berikan ke mereka.
Hasilnya …mereka
tetap melongo dan geleng-geleng kepala.
Aku putus
asa…aku ngomong dia gak ngerti, dia ngomong aku gak ngerti.
Aku akan kembali
naik lift menuju kamar, dan berpikir akan mencoba kutak-katik tombol heater lagi.
Sebelum
menuju lift aku lihat ada ruang kantor hotel, aku masuk .
Aku katakan
ke karyawan yang ada di sana: “ Heater in my room not warm “.
Karyawan
hotel tsb langsung mengerti, mungkin dia “ duty manager” hotel tsb .
Karyawan
tsb mengatakan , dia akan segera pergi untuk check. Aku disuruh tunggu
sebentar.
Ternyata heater
belum dinyalakan dari ruang pusat control heater.
Untung
ketemu karyawan hotel yang mengerti bahasa Inggris.
Saat itu
kami tidak bisa minta tolong tour leader sebagai penterjemah, TL sedang pergi
antar sebagian rombongan nonton pertunjukan kung fu.
Aku ke kamar , cuci muka, ganti baju tanpa
kedinginan dan berangkat lagi untuk jalan-jalan.
Jika heater
tidak menyala mungkin kami tak sanggup buka koper di kamar karena gemetar
kedinginan.
Saatnya
kita menjelajah kota, jangan lupa bawa kartu nama hotel.
Jika
tersesat ga tau jalan , naik taxi yang di recom, tunjukkan kartu nama hotel
pasti nyampai.
Oooo..Japanese , You Japanese
Saat
breakfast, ada orang mencoba ngajak ngobrol aku dengan bahasa Mandarin…kalimatnya
panjang banget. Aku gak ngerti blas. Aku akan menyela tapi orang tsb tidak
memberi kesempatan.
Orang
tersebut masih ngomong terus , kemudian melanjutkan dengan kalimat
tanya.
( Aku tau
dari ekspresinya, seolah minta pendapatku ).
Dengan
ekspresi bingung aku tersenyum…dan mengatakan “ Sorry ...,I don’t understand”.
Kemudian
dengan yakin dia bilang :”….ooooo Japanase…You
Japanase.”.
Ha..ha..ha…
aku dikira orang Jepang.
Repot
memang kalo tampang oriental tapi nggak bisa bahasa Mandarin.
Tea…Tea.. Tea..
Di
Huanglong setelah aku lelah berjalan naik tangga, aku kembali ke resto duduk di
teras bergabung dengan teman-teman tour yang tidak ikut naik Huanglong.
Tak lama kemudian
pelayan resto datang bawa daftar menu dengan tulisan full Mandarin, sambil
nunjuk-nunjuk gelas kopi susu yang ada di meja.
Aku bilang :” I don’t like milk coffee, do you
have tea ?”.
Tetap aja
ngotot nyodorin daftar menu sambil terus
nunjuk gelas kopi susu di meja.
Aku juga
ngotot : “ Wo puk yo “ ( aku tidak suka ), sambil nunjuk gelas di meja , dan
bilang “ I order tea..tea..tea… a glass of tea “.
Segera peserta
tour yang bisa ber bhs Mandarin membantu
menerjemahkan “Ja.. ja..ja..” ( bahasa Mandarin teh = ja ).
Pelayan
resto tetap ngotot, nyodorin daftar menu lagi sambil nunjuk-nunjuk daftar menu.
Ternyata
ada bermacam-macam jenis teh, aku disuruh pilih.
Aku pilih
aja ngawur tunjuk sembarang.
Langsung
dia tagih : 30 yuan ( setara Rp. 60.000,-).
Kemudian
pesananku datang : “ segelas air panas didalamnya ada beberapa butiran merah
kecil (ice ) 3 bunga melati putih & 1 butiran merah agak besar ( anco) serta
1 termos berisi air panas”.
Aku
bingung..koq gak ada teh nya blas ya..
Teman-teman
tertawa..kayak sesajen ya.
Hasil
pesanan dengan kendala bahasa, kataku sambil minum pesananku dengan pasrah.
Kemudian
ada teman datang dari naik Huang Long.
Lalu aku
bilang itu ada air panas, masukin aja ke
termosmu ( temanku selalu bawa termos berisi air hangat karena udara dingin ).
Tak lama
kemudian pelayan resto datang minta agar temanku bayar
Temanku
protes karena aku sudah bayar, koq dia tagih lagi ke temanku.
Pelajan
resto tetap ngotot minta dibayar.
Aku minta
temanku tanya ( temanku bisa sedikit Mandarin) disuruh bayar berapa ?
Di suruh
bayar 5 yuan , daripada ga bisa
melanjutkan perjalanan, temanku akhirnya bayar.
Ha..ha..ha…
orang China memang ulet apalagi untuk urusan tagih menagih.
Dia akan
ngotot terus sampai kita mau bayar.
Ngomong-ngomong
tentang makanan Sichuan, rasanya pedas dan asin, nasi agak sedikit keras.
Masakan ala
Sichuan di Indo lebih pas di lidahku.
Menurut
tour leader , makanan di pedesaan kurang enak karena taraf hidup mereka
masih miskin, mereka belum mengenal seni kuliner. Di kota
Chengdu makanannya enak, mereka sudah belajar kuliner dan taraf hidup mereka relatif lebih tinggi.
Traveling ke propinsi Sichuan telah memberi wawasan dan pengalaman baru bagiku.
Dag..dag..dag Juizhaigou, Huanglong...aku dah kangen dengan kuliner Surabaya.
C.U. later..
Makasih dah mampir di blog ku
BalasHapus